Ilmuwan punya jasa besar terhadap umat manusia dalam membantu membuat penemuan dan diaplikasikan dalam berbagai teknologi yang membuat kehidupan manusia lebih mudah. Namun ada juga ilmuwan yang ternyata memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk menjustifikasikan ideologi rasisme yang ada dalam dirinya.
Teori ilmiah berikut dinamakan dengan teori kurva lonceng, dikeluarkan oleh Sir Francis Galton. Teori tersebut dipaparkan pada tahun 1869 dalam sebuah karya yang berjudul Heredutary Genius. Teori tersebut mengatakan bahwa kecerdasan manusia dapat diukur dan dituangkan dalam sebuah grafik yang berbentuk kurva lonceng. Dalam karyanya tersebut, ada sebuah bagian di mana Galton mencoba untuk memberi peringkat kecerdasan berdasarkan ras dan etnis sebuah kelompok. Dalam hal ini, orang berdarah Afrika kecerdasannya dua tingkat lebih rendah ketimbang orang Eropa. Sementara orang dengan ras Aborigin dari Australia berada di tingkatan paling rendah. Galton sendiri orang yang sangat berpengaruh dalam ilmu pengetahuan. Namun penelitiannya soal kecerdasan berdasarkan ras, makin mudah dibantah seiring perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Teori selanjutnya yang tak kalah rasis yakni teori pembersihan ras Alfred Ploetz, gagasan kecantikan yang jadi standar hingga sekarang, teori skala makhluk hidup dari Sir William Petty, drapetomania, orang kulit hitam adalah orang kulit putih dengan penyakit kulit, dan ilmuwan Jepang gunakan penelitian untuk rasis.