Menjalin hubungan ibu dan anak perempuan yang sehat adalah impian semua ibu dan anak perempuan. Melalui hubungan yang sehat, ibu dan anak perempuan masing-masing bisa lebih mengenal dan memahami satu sama lain. Potensi konflik dalam hubungan juga semakin kecil.
Tetapi sedihnya, tidak semua hubungan ibu dan anak perempuan dapat terjalin dengan sehat. Berikut adalah 6 jenis hubungan yang tidak sehat antara ibu dan anak perempuan.
1. Terlalu Mementingkan Peran Sahabat daripada Orangtua
Hubungan ini terjadi saat seorang ibu lebih mementingkan perannya sebagai sahabat bagi anak perempuannya daripada perannya sebagai orang tua. Bisa menjadi sosok sahabat bagi anak mungkin adalah impian sebagian besar orang tua, karena hal tersebut dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan terbuka dengan orang tua. Tetapi, dalam hubungan ibu dan anak perempuan, saat seorang ibu lebih mementingkan peran sahabat dibandingkan orang tua, hal tersebut akan membuat anak kesulitan membangun keterampilan hidup karena tidak diberikan bimbingan yang tepat. Selain itu, ibu dalam tipe hubungan ini juga cenderung jarang mendisiplinkan anaknya, sehingga anak tidak memiliki acuan tentang nilai yang dianggap baik dan buruk.
2. Selalu Mengendalikan Hidup Anak
Tipe hubungan ini terjadi saat ibu merasa memiliki kendali akan anak perempuannya. Ibu dalam tipe hubungan ini biasanya kurang memiliki empati, banyak menuntut, kaku, berpikiran tertutup, serta berharap anak perempuannya untuk selalu menuruti keinginan dan memenuhi harapannya. Hal tersebut membuat anak perempuan merasakan tekanan untuk selalu tampil sempurna dan sesuai dengan harapan sang ibu. Seiring bertambahnya umur, tipe hubungan ibu dan anak perempuan ini akan membuat anak tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah dan rasa takut akan penolakan. Bahkan di kasus yang cukup ekstrem, sang anak mungkin akan membenci ibunya dan tidak takut untuk membentak atau melawan sang ibu.
3. Saingan
Berbeda dengan tipe hubungan bosom buddies, dalam tipe hubungan rivals, seorang ibu akan memandang anak perempuannya sebagai saingan atau ancaman. Rasa kompetitif akan anak perempuannya ini biasanya muncul dari rasa tidak percaya diri sang ibu saat bersama sang anak. Ia akan sering membandingkan dirinya dengan anak perempuannya untuk melihat siapa yang lebih cantik, lebih kurus, lebih pintar, atau lebih sukses. Akibat dari hubungan ini, biasanya anak perempuan akan tumbuh dengan berbagai konflik internal dan kepercayaan diri yang rendah.