Kebiasaan suka bermalas-malasan dimiliki oleh banyak orang, baik muda maupun dewasa. Malas di sini termasuk enggan bergerak dan lebih memilih menjadi "kaum rebahan", atau memiliki kebiasaan procrastination atau prokrastinasi. Dilansir dari Verywellmind, prokrastinasi adalah menunda-nunda pekerjaan atau tugas hingga mendekati menit terakhir batas penyelesaian. Menurut Joseph Ferrari, profesor psikologi dari DePaul University di Chicago, Amerika Serikat, dan penulis buku Still Procrastinating: The No Regret Guide to Getting It Done, menyebutkan bahwa sekitar 20% dewasa Amerika menderita prokrastinasi kronik. Dan bentuk kemalasan ini tak hanya menjangkiti Amerika saja. Hampir di seluruh penjuru dunia, dihuni oleh manusia-manusia yang malas bergerak aktif. Mungkin juga, Anda. Lantas, apa penyebab kemalasan? Apakah sifat malas diturunkan secara genetik?
Dilansir dari Medical News Today, prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor biologi dan psikologis. Dalam penelitian tahun 2018, orang yang cenderung memiliki kebiasaan prokrastinasi memiliki amigdala lebih besar daripada mereka yang bukan. Amigdala adalah bagian dari otak yang memproses emosi. Dan dalam penelitian terbaru ditemukan, hampir 46 persen mereka yang bertendensi prokrastinasi dipengaruhi oleh genetik. Bersama rekan-rekan peneliti dari Universitas Teknik Dresden, Dr. Genç melakukan analisis genetik terhadap 278 pria dan wanita sehat.
Para peneliti memberi perhatian khusus pada satu gen yang membuat enzim yang disebut tirosin hidroksilase (TH). Gen ini bekerja mengatur produksi dopamin, pembawa pesan kimiawi yang berperan dalam proses otak seperti perhatian, memori, dan motivasi. Ekspresi gen TH berbeda-beda di antara individu, yang memengaruhi tingkat dopamin dan neurotransmiter lainnya di otak individu. "Dopamin neurotransmitter telah berulang kali dikaitkan dengan peningkatan fleksibilitas kognitif. Ini pada dasarnya tidak buruk tetapi sering kali disertai dengan meningkatnya gangguan,” ujar Dr Genc. Bahan kimia memengaruhi kontrol kognitif, dan kontrol kognitif dapat memengaruhi apakah seseorang senang menunda suatu tugas atau justru melakukannya secara efisien.